TEKNIK RADIOGRAFI
Cervico-Thoracal
1.
PROYEKSI
AP
Film : 24 x 30 cm
memanjang
PP/PO :
•
Pasien berdiri tegak atau duduk
tegak atau berbaring telentang/supine di atas meja pemeriksaan.
•
MSP tubuh diatur tegak lurus
terhadap kaset/film/meja pemeriksaan pada pertengahan meja, bahu kanan dan kiri
diatur sama tinggi dan simetris.
•
Kepala sedikit ekstensi sehingga OML
membentuk sudut 200 terhadap garis yang tegak lurus film.
•
CR
dan CP à sinar horisontal (bila pasien
tegak) atau vertikal (bila pasien supine) pada sternal notch/incisura
sternalis/incisura jugularis menuju pertengahan film.
•
Kriteria
:
•
Tampak C4-Th 4 dalam profil
antero-posterior.
1.
LATERAL
Proyeksi lateral cervico-thoracal dilakukan untuk
tujuan-tujuan berikut :
a.
untuk melihat vertebra di atas bahu à lateral
(basic)
b.
untuk melihat processus spinosus à lateral
hyperfleksi
c.
untuk melihat vertebra diantara bahu
atas dan bawah à lateral metode Twinning dan lateral
metode Pawlow
2.1 LATERAL (basic) à untuk
melihat vertebra di atas bahu
Film : 24 x 30 cm
memanjang
PP/PO :
•
Pasien berdiri atau duduk tegak
dalam posisi true lateral, kaset di samping tubuh.
•
Kepala sedikit ekstensi sehingga
angulus mandibula tidak menutupi spina
•
Kedua bahu diatur serendah mungkin,
sama tinggi dan simetris à kedua tangan berpegangan di
anterior atau posterior (sebaiknya di anterior supaya bayangan bahu tidak
menghalangi gambaran spina)
•
MSP tubuh parallel dengan bidang
film.
•
CR
dan CP à sinar horisontal, tegak lurus film
pada C3 (± 1 inci di belakang angulus mandibula) menuju pertengahan film.
•
Kriteria
:
•
Tampak cervical, Th 1, Th 2
kadang-kadang Th 3 dalam profil antero-posterior.
2.2 LATERAL (hyperfleksi) à untuk
melihat processus spinosus
Film : 24 x 30 cm
memanjang
PP/PO :
•
Pasien berdiri tegak dalam posisi
true lateral, kaset di samping tubuh.
•
Kedua tangan berpegangan di depan
tubuh.
•
Bahu condong ke depan
•
Leher fleksio, dagu menempel di dada
•
CR
dan CP à sinar horisontal, dengan titik
bidik diantara kedua bahu setinggi caput humeri
•
Kriteria
:
•
Processus spinosus tampak jelas
•
Corpus vertebra/vertebral body
tampak bebas overlap dari bayangan costae/iga/ribs.
2.3 LATERAL à untuk
melihat vertebra diantara bahu atas dan
bawah
2.3.1 LATERAL metode Twinning
Film : 24 x 30 cm
memanjang
Posisi
pasien :
•
Pasien berdiri atau duduk tegak
dalam posisi true lateral, kaset di samping tubuh.
•
Posisi
objek :
•
Mid axillary line tubuh pada mid
film
•
Lengan yang dekat film ditekuk,
elbow fleksi, lengan bawah di atas kepala (bag. depan)
•
MSP kepala, leher dan tubuh
benar-benar vertikal dan parallel dengan bidang film
•
Bahu yang jauh dari film diatur
serendah mungkin
CR dan CP
•
Arah sinar diatur tegak lurus film
menuju mid film (setinggi mid axilla yang dekat film), bila bahu dapat diatur
serendah mungkin
•
Arah sinar diatur 50
caudal menuju mid film (setinggi mid axilla yang dekat film), bila bahu tidak
dapt diatur serendah mungkin
Kriteria :
•
Tampak cervical bawah dan thoracal
atas terproyeksi diantara bayangan bahu
•
Vertebra tampak benar-benar lateral
dan tidak rotasi
•
Kedua bahu tidak saling superposisi
•
C5-Th 5 tampak.
2.3.2 LATERAL metode Pawlow
Film : 24 x 30 cm
memanjang
PP/PO :
•
Pasien tidur miring di atas meja
pemeriksaan, lengan yang dekat film/kaset daingkat mengganjal kepala
•
Mid axillary line tubuh pada
pertengahan kaset/film/meja pemeriksaan
•
Bila lengan yang diangkat diatur di
anterior vertebra, lengan yang lain (yg jauh dari film) diatur lurus di samping
tubuh di posterior vertebra
•
Bahu yang jauh dari film diatur
serendah mungkin, tangan berpegangan
pada kaki yan ditekuk (pada tungkai atas/femur)
•
Posisi pasien true lateral
•
Pertengahan kaset setinggi Th 2 atau
Th 3
•
CR
dan CP à 30-50 caudad menuju mid film
•
Kriteria
:
•
Tampak gambaran cervico-thoracal
diantara bayangan bahu
•
Verterba tidak rotasi
•
Kedua bahu tidak saling superposisi
•
C5-Th 5 tampak
1.
OBLIK AP à untuk
melihat vertebra diantara bahu kanan dan kiri
Film : 24 x 30 cm
memanjang
PP/PO :
•
Pasien berdiri atau duduk
•
Dari posisi lateral, tubuh pasien
dirotasikan sejauh ± 200, lengan yang dekat film diatur di depan
tubuh, lengan yang lain (yang jauh dari film) diatur di belakang tubuh
•
Kepala dan leher dalam posisi yang
sama dengan rotasi tubuh.
•
CR
dan CP à
arah sinar horisontal, tegak lurus film setinggi sternal notch, pada
mid clavicula yang jauh dari film.
•
Kriteria
:
•
Tampak C6, C7 dan thoracal atas.
Teknik Pemeriksaan Radiografi
Columna Vertebra Thoracal
1.
AP
(antero-posterior)
Film
: 35x43
cm atau 30x40 cm, memanjang dibagi 2 Posisi Pasien : Pasien diatur dalam posisi
tidur telentang (supine) atau berdiri tegak.Bila pasien dalam posisi supine,
letakkan bantal di bawah kepala pasien, untuk mengurangi lengkung kifosis
punggung.
Posisi
Objek:MSP tubuh diatur pada pertengahan
meja pemeriksaan.
•
Lengan lurus di samping tubuh, kedua
bahu diatur sama tinggi dan simetris.
•
Bila pasien dalam posisi supine, hip
joint (sendi panggul) dan knee joint (sendi lutut) ditekuk (fleksio) untuk
mengurangi lengkung kifosis punggung sehingga punggung pasien menempel pada
meja pemeriksaan.
•
Bila pasien dalam posisi supine,
kedua tungkai atas (femur) diatur dalam posisi vertikal, dan diimobilisasi
dengan kantung pasir (sand bag). Bila kaki pasien tidak dapat ditekuk, di
bawah sendi lutut diberi pengganjal untuk mengurangi ketegangan otot
punggung. Pedis diatur sedikit inversi.
•
Bila pasien dalam posisi berdiri
tegak, berat badan didistribusi seimbang pada kedua kaki untuk menghindari
rotasi pada columna vertebra.
•
Bila kedua kaki pasien tidak sama
panjang (pada posisi tegak), diberikan pengganjal pada kaki yang lebih pendek
sehingga kedua kaki sama tinggi.
•
Pertengahan film diatur setinggi
vertebra thoracal ke-7. Tergantung pada
postur tubuh pasien, titik lokalisir pada bagian anterior setinggi 3-4 inci di
bawah incisura jugularis (incisura sternalis), atau tepi atas film diatur pada
1 ½ - 2 inci (4-5 cm) di bawah bahu.
•
Gunakan perisai gonad (gonad
shield).
•
Eksposi dilakukan pada saat
ekspirasi maksimal dan tahan nafas, sehingga didapat radiograf dengan densitas
yang lebih seragam. Aba-aba ekspirasi
dan tahan nafas boleh dilakukan, kecuali kondisi pasien tidak
memungkinkan.
CP/CR
Sinar
diarahkan pada MSP tubuh setinggi Th6 - 7, pada bagian bagian anterior kurang
lebih setinggi 3-4 inci di bawah incisura jugularis (incisura sternalis).
Menurut
Fuchs, untuk mendapatkan derajat kehitaman gambar yang lebih seragam, sebaiknya
digunakan “heel effect”, yaitu posisi katoda tabung x-ray diatur pada daerah
thoraks bawah (mendekati kaki) sehingga prosentase terbesar dari x-ray yang
dihasilkan akan menembus daerah thoraks yang paling tebal.
Heel Effect:
intensitas radiasi x-ray yang dihasilkan pada daerah katoda lebih besar
dari intensitas radiasi x-ray pada daerah anoda (bila diasumsikan intensitas
x-ray pada titik bidik/central ray adalah 100%, maka intensitas x-ray pada
katoda: 120%, pada anoda: 75%). Hal ini
dikarenakan ada intensitas x-ray yang terserap oleh bidang anoda.
Kriteria
•
Tampak profil antero-posterior
vertebra thoracal beserta struktur di sekelilingnya.
•
Diskus intervertebralis thoracalis
tidak tampak jelas, kecuali bila jarak tabung-film (SID: Source Film Distance)
diatur sehingga arah sinar tegak lurus dengan lengkung thoracal.
•
•
Ke-12 vertebra thoracal tampak.
•
Bila perlu dibuat 2 proyeksi untuk
melihat thoracal bagian atas dan thoracal bagian bawah (karena perbedaaan
ketebalan tubuh bagian bawah thoraks dan bagian atas thoraks).
•
Kolimasi dibatasi secukupnya
sehingga radiasi hambur yang diterima film menurun.
•
Processus spinosus tampak pada
pertengahan objek.
•
Columna vertebra tampak di
pertengahan film.
1.
Lateral
Film
: 35x43
cm atau 30x40 cm, memanjang dibagi 2
Posisi Pasien :
•
Pasien diatur dalam posisi true
lateral baik berdiri tegak atau tidur, untuk posisi tidur sebaiknya lateral
kiri sehingga bayangan jantung tidak mengganggu hasil radiograf.
•
“Oppenheimer” merekomendasikan
posisi tegak/orthostatic untuk menghasilkan posisi fisiologis pasien. Pasien
berdiri dalam posisi normal, tidak dipaksa untuk melakukan posisi tertentu,
misalnya dipaksa untuk meluruskan punggung supaya collumna vertebra lurus.
•
Sebaiknya pasien memakai baju pasien
dengan punggung dibiarkan terbuka untuk memudahkan pengaturan posisi.
POSISI RECUMBENT
•
Pasien berbaring miring, letakkan
pengganjal/bantal di bawah kepala sehingga MSP tubuh benar-benar horisontal
•
Kedua tungkai dan kaki bertumpuk dan
ditekuk sehingga pasien nyaman.
•
Mid axillary line tubuh pada
pertengahan meja/kaset.
•
Lutut diganjal sehingga sejajar
dengan hip, kedua lutut benar-benar superimposisi sehingga pelvis tidak rotasi.
•
Kedua lengan lurus di depan tubuh,
sehingga bayangan costae tidak menutupi gambaran foramen intervertebralis,
dengan mengatur kedua lengan tegak lurus sumbu panjang tubuh diharapkan akan
tampak jelas gambaran vertebrae sebelah distal sampai dengan setinggi
glenohumeral joint. Pengaturan lengan yang tidak tegak lurus sumbu panjang
tubuh akan menarik scapula ke posterior sehingga bayangannya akan menghalangi
gambaran vertebra thoracal bagian atas.
•
Letakkan pengganjal radiolucent pada
regio thoracal terbawah, letak pengganjal diatur sehingga sumbu panjang
vertebrae benar-benar horisontal.
•
Bila regio thoracal terbawah tidak
diganjal arah sinar disudutkan sehingga tegak lurus dengan sumbu panjang
vertebrae. Besar penyudutan antara 100-150 ke arah kepala
(cephalad/cranial/superior).
•
Bila diperlukan dapat dipakai band
penekan (compression bandage) pada bagian pelvis setinggi area trochanter.
•
Eksposi dilakukan pada saat
ekspirasi dan tahan nafas.
•
POSISI
TEGAK
•
Pasien berdiri tegak dan santai,
pertengahan film/kaset/grid vertikal diatur setinggi Thoracal ke-6. Mid
axillary line tubuh diatur pada pertengahan kaset (sumbu vertikal).
•
Bahu yang dekat film menempel pada
film/kaset/grid vertikal sebagai penopang/penyangga.
•
•
Berat badan didistribusikan seimbang
pada kedua kaki, bila salah satu kaki lebih pendek dari yang lain à diberi pengganjal yang sesuai.
•
MSP tubuh parallel dengan bidang
film.
•
Kedua lengan lurus di depan tubuh
(berpegangan pada standar infus), supaya bayangan costae tidak mengganggu
gambaran vertebrae.
•
Eksposi dilakukan pada saat
ekspirasi dan tahan nafas atau pada saat bernafas biasa.
CP/CR
Sinar
diarahkan pada mid axillary line tubuh setinggi Th 6-Th 7, ± 3 inci (8 cm) di
bawah sternal angle (angulus sternalis).
Bila
collumna vertebrae tidak sejajar dengan bidang film (regio thoracal terbawah
tidak diganjal), arah sinar diatur menyudut
100-150 cephalad/cranial.
Bila
collumna vertebrae benar-benar sejajar dengan bidang film (regio thoracal
terbawah diganjal), arah sinar diatur vertikal/horisontal tegak lurus film.
Supaya kualitas radiograf yang
dihasilkan lebih baik, pada bagian posterior pasien dipasang lempengan timbal
(lead absorber) sehingga radiasi hambur (dari objek) yang dihasilkan tidak
sampai ke film.
Proteksi radiasi dilakukan dengan
memeasang apron di bagian pelvis untuk mengurangi dosis radiasi yang diterima
gonad.
Kriteria
•
Tampak profil lateral dari vertebra
thoracal.
•
Kedua bahu/shoulder overlap sehingga
ketiga vertebra bagian atas tidak tampak jelas.
•
Vertebra tampak jelas terproyeksi
melalui bayangan costae dan paru-paru.
•
Ke-12 vertebra thoracal tampak,
thoracal bagian atas tidak tampak jelas, sehingga film dapat diatur lebih
rendah supaya L1 dan L2 tampak.
•
Costae bagian posterior saling
superimposisi à
menunjukkan bahwa tubuh pasien tidak rotasi.
•
Kolimasi dibatasi secukupnya
sehingga radiasi hambur yang diterima film menurun.
1.
Oblik 700
Tujuan :
untuk melihat zygapophyseal joint/apophyseal joint/pars articularis
thoracalis.
Dibuat 2 sisi kanan/kiri
Ada 2, yaitu :
a. Oblik AP (rotasi posterior)
1.
Direkomendasikan oleh FUCHS à untuk melihat pars articularis
thoracalis yang jauh dari film
a. Oblik PA (rotasi anterior)
Direkomendasikan
oleh OPPENHEIMER à
untuk menampakkan pars articularis thoracalis yang dekat dari film
POSISI TEGAK
•
Dari posisi true lateral, tubuh
pasien dirotasikan ke anterior (oblik PA) atau ke posterior (oblik AP)
•
Rotasi tubuh diatur sehingga mid
coronal plane membentuk sudut 700 terhadap bidang film (MSP
membentuk sudut 200 terhadap bidang film)
•
Mid film setinggi vertebra Thoracal
ke-6.
•
•
Collumna vertebra diatur pada
pertengahan film, bahu yang dekat film menempel kaset sebagai penyangga.
•
Pada posisi oblik PA (rotasi
anterior), lengan yang dekat film ditekuk, punggung tangan menempel hip, lengan
yang jauh dari film berpegangan pada ujung kaset.
•
Pada posisi oblik PA (rotasi
posterior), lengan yang jauh dari film menempel pada hip.
•
Kedua bahu diatur simetris dan
kepala tidak lateral.
•
POSISI
RECUMBENT
•
Pasien tidur miring, dari posisi
true lateral tubuh pasien dirotasikan ke anterior/posterior sehingga coronal
plane membentuk sudut 700 terhadap film.
•
Bila pasien rotasi anterior, lengan
yang dekat film lurus di belakang tubuh, lengan yang jauh dari film ditekuk di
depan tubuh, tangan di bawah kepala atau di samping kepala.
•
Bila pasien rotasi anterior, lengan
yang dekat film lurus di belakang tubuh, lengan yang jauh dari film ditekuk di
depan tubuh, tangan di bawah kepala atau di samping kepala.
CP/CR
Horisontal/vertikal,
tegak lurus film menuju mid film.
Kriteria
•
Tampak profil oblik dari vertebra
thoracal.
•
Ke-12 vertebra thoracal tampak.
•
Pada oblik PA (rotasi anterior) yang
tampak adalah pars artikularis yang dekat film.
•
Pada oblik AP (rotasi posterior)
yang tampak adalah pars artikularis yang jauh film.
1.
Oblik PA
450
Tujuan :
untuk melihat persendian antara thoracal dengan costae.
Posisi Pasien
•
Dari posisi true AP (baik erect maupun supine) tubuh pasien dirotasikan sejauh 450 ke arah
anterior.
•
Bila pasien supine, punggung
diganjal dengan pengganjal non-opaque.
•
Lengan dapat diatur di samping atau
di atas kepala.
•
CP/CR
•
Sinar diarahkan vertikal (bila
pasien supine) atau horisontal (bila erect) tgeak lurus film pada 1 inci di
bawah sternal angle setinggi mid clavicula yang jauh dari film.
•
Kriteria
•
Artikulasi/persendian vertebra
thoracal dengan costae/ribs yang dekat film tampak.
•
Apophyseal joint yang jauh dari film
tampak.
•
Tampak profil oblik AP dari vertebra
thoracal.
THORAKAL-THORAKOLUMBAL
PROYEKSI
AP
Posisi Pasien
Supine dengan kedua lengan disamping
tubuh dan kepala di atas bantal
Posisi Obyek
- MSP, CR dan mid line meja segaris
- Knee dan hip fleksi untuk
mengurangi kurvatura vertebra thorakal
- Tidak ada rotasi pelvis dan thorak
Pusat Sinar
- CR tegak lurus kaset
- Pusat pada th 7 ( 8-10 cm dibawah
jugular notch/ 3-5 cm di atas shoulder ( dewasa )
- SID : min 100 cm
- Kolimasi : batas lateral 10-12 cm
Kriteria :
Ø Tampak body vertebra thorakal
Ø Space intervertebra joint
Ø Prosessus spinosus dan prosessus tranversus
Ø Costae posterior
Ø Art. Costo vertebra
PROYEKSI
LATERAL
Posisi Pasien :
Pasien
lateral recumbent, dengan kepala diatas bantal dan knee fleksi. Atau erect
dengan beban bertumpu pada kedua kaki.
Posisi Obyek :
- Atur
mid coronal, CR segaris pada meja
-
Istirahatkan lengan pasien kedepan dengan elbow fleksi
-
Beri pengganjal pada pinggang pasien ( palpasi pd pros spinosus)
-
Genu dan hip diatur fleksi
-
Tidak ada rotasi shoulder dan pelvis
Pusat Sinar :
- CR
tegak lurus kaset
-
Pusatkan pada thorakal 7 ( 8-10 cm dibawah jugular notch / 18 – 21 cm dibawah
vert. prominen )
-
Batas atas kaset 5 cm di atas shouder
-
Kolimasi : lateral 13 – 15 cm
-
SID : min 100 cm
Kriteria :
Ø Tampak Body vertebra thorakal
Ø Space intervertebra joint
Ø Foramen intervertebra
Ø Bagian sup th (T1-T3) tidak tervisualisasi
Ø Utk melihat T1 –T3 ini dpt menggunakan etode swimmer
PROYEKSI
OBLIK
Posisi pasien :
Pasien
dalam posisi erect atau recumbent, dgn kepala diatas bantal pada posisi
recumbent
Posisi Obyek:
- Atur mid axilary plane pada mid line meja
-
Rotasikan tubuh 200 dar true lateral shg oblik 70o terhadap
meja.
- Tidak ada rotasi shoulder dan pelvis
- Fleksikan hip, knee dan lengan kenyamanan
- CR tegak lurus kaset
- Pusatkan
pada thorakal ke-7 (8-10 cm dibawah jugular notch atau 5 cm di bawah sternal
angle
- Batas
atas kaset 3 cm di atas shoulder joint
Kriteria :
Ø Tampak Zygapophyseal joint
Ø Anterior oblik zygapophyseal joint menutup
Ø Posterior oblik jointnya lebih membuka
HUMERUS
INDIKASI
PEMERIKSAAN :
•
Fraktur
•
Fisur
•
Dislokasi
•
Kelainan Patologi seperti osteo arthritis
PROYEKSI AP SUPINE
Ukuran kaset : 18 X 24 cm ( untuk 2
proyeksi)
Posisi Pasien :
Pasien supine diatas meja pemeriksaan dengan humerus yang difoto abduksi
dari tubuh dan telapak tangan
supinase.
Posisi Obyek :
Letekkan humerus dipertengahan kaset dengan mengatur kedua condylus medialis
tidak rotasi.
Central Ray :
Sinat tegak lurus kaset
Central Point :
Pada pertengahan os. Humerus
FFD :
90 – 100 cm
Struktur yang terlihat :
Kriteria evaluasi :
PROYEKSI AP ERECR
Ukuran kaset :
18 X 24 cm
Posisi Pasien :
Pasien berdiri pada stendat kaset dengan lengan yang difoto abduksi dari tubuh
dan telapak tangan supinase.
Posisi Obyek :
Letekkan humerus dipertengahan kaset dengan mengatur kedua condylus medialis
tidak rotasi.
Central Ray :
Sinar horizontal terhadap kaset
Central Point :
Pada pertengahan os. Humerus
FFD :
90 – 100 cm
Stuktur yang terlihat :
Kriteria evaliasi :
PROYEKSI AP ENDOROTASI
Ukuran kaset :
18 X 24 cm
Posisi Pasien :
Pasien supine diatas meja pemeriksaan dengan lengan yang difoto full
endorotasi.
Posisi Obyek :
Letakkan humerus dipertengahan kaset dengan mengatur kedua condylus radialis
tidak rotasi.
Central Ray :
Sinar tegak lurus vertical
Central Point :
Pada pertengahan os. Humerus
FFD :
90 – 100 cm
Struktur yang terlihat :
Kriteria evaluasi :
PROYEKSI LATERAL DECUBITUS
Ukuran kaset :
18 X 24 cm
Posisi Pasien :
Pasien tidur lateral recumbent pada sisi lengan yang tidak sakit.
Posisi Obyek :
Letakkan kaset dibawah lengan yang sakit dan posisikan humerus pada pertengahan
kaset.
Central Ray :
Vertikal tegak lurus
FFD :
90 – 100 cm
Stuktur yang terkihat :
Kriteria evaluasi :
PROYEKSI LATERAL TRANS THORACIC
Ukuran kaset :
18 X 24 cm
Posisi Pasien :
Pasien upright menyamping pada tepi lengan yang akan difoto dan MAP tegaklurus
terhadap kaset.
Posisi Obyek :
Humerus yang difoto dekat dengan kaset / standar kaset dan lengan yang tidak
difoto ditarik keatas.
Central Ray :
Sinar tegak lurus vertikal
Central Point :
Pada mid axial setinggi angulus scapula
FFD :
90 – 100 cm
Struktur yang terlihat :
Kriteria evaluasi :
SOLDER JOINT
INIKASI
PEMERIKSAAN :
•
Fraktur
•
Fisur
•
Dislokasi
•
Kelainan patologi
PROYEKSI AKSIAL SUPERIOR
Ukuran kaset :
18 X 24 cm
Posisi Pasien :
Pasien duduk tegak di samping meja dengan anterior menempel meja dan solder
joint berada di pertengahan kaset
Posisi Obyek :
Tubuh pasien bersandar padameja sampai sendi bahu lebih dari titik tengah
kaset.
Central Ray :
5°-15° kearah caudad
Central Point :
Pada solder joint
Stuktur yang terlihat :
Menunjukkan ujung proksimal rongga humerus dan glenoid
Kriteria evaluasi :
~ Tampak 1/3 humerus dan solder joint
~ Trabekula dan soft tissue tampak
PROYEKSI AP AKSIAL
Ukuran kaset :
18 X 24 cn
Posisi Pasien :
Pasien supine
Posisi Obyek :
Central Ray :
35° kearah cepalad
Central Point :
Pada scapulohumeral sendi bahu yang diperiksa
Stuktur yang terlihat :
Menunjukan hubungan antara caput humerus, colum humerus ke rongga glenoid.
Kriteria evaluasi :
~ Tampak 1/3 humerus dan solder joint
~ Trabekula dan soft tissue tampak
PROYEKSI PA OBLIQ
(POSISI RAO & LAO)
Ukuran kaset :
24 X 30 cm
Posisi Pasien :
Pasien upright dengan bagian anterior
menempel kaset
Teknik
Radiografi clavicula
1.Proyeksi
Antero Posterior
Faktor teknik : Kaset 24x30 melintang
untuk 1 proyeksi+grid
PP : Supine
PO : Posisikan clavicula yang diperiksa pada pertengahan kaset
Dan
kedua bahu sejajr dan tidak rotasi
CR : Vertikal tegak lurus
CP : Pertengahan clavicula
FFD : 100 cm
Proteksi
rad : Pembatasan luas penyinaran,memakai shield gonad
Eksposi : Saat
pasien diam
2.Proyeksi
AP Axial
Faktor teknik : Kaset 24x30 melintang
untuk 1 proyeksi+grid
PP : Supine
PO : Posisikan clavicula yang diperiksa pada pertengahan kaset
Dan
kedua bahu sejajar dan tidak rotasi
CR : Menyudut 15-30 derajat ke arah chepalad
CP : Pertengahan clavicula
FFD : 100 cm
Proteksi
rad : Pembatasan luas penyinaran,memakai shield gonad
Eksposi : Saat
pasien diam
Teknik
Radiografi Scapula
1.Proyeksi Anterior Posterior
Faktor Teknik : kaset 24x30 membujur untuk 1 proyeksi+Grid
PP : Pasien duduk tegak/berdiri dg membelakangi
kaset
PO : Objek yg difoto di letakkan di pertengahan
kaset pada posisi true AP.Posisi
lengan sesuai anatomis .Dari posisi anatomis
tangan
abduksi dan elbow fleksi sedangkan bagian dorsal
manus
menempel di depan kepala/dahi
CR
: Tegak
lurus IR
CP : Pada pertengahan scapula ( 5 cm ke arah
inferior dr processus
Coracoids
dan 5 cm ke arah medial dari MCP tubuh)
FFD : 100 cm
Proteksi
rad : Pembatasan
luas lapangan penyinaran,memakai shield gonad
Eksposi :
Saat pasien diam
2.Proyeksi Lateral – RAO/LAO
A. Untuk
melihat Body dari scapula
Faktor teknik : Kaset 24x 30 membujur untuk 1 proyeksi +Grid
PP : Pasien duduk tegak / berdiri dg sisi yg akan diperiksa menempel kaset.Posisi
tubuh pasien adalah oblik dg bagian anterior tubuh dekat dengan kaset
PO : Untuk melihat body scapula pasien di oblikan 30-45 derajat dari sisi lateral
CR : Tegak lurus IR
CP : Pada pertengahan border
scapula
FFD : 100 cm
Proteksi
rad : Pembatasan luas lapangan
penyinaran,memakai shield gonad
B.Untuk
melihat Acromion Processus coracoideus
Faktor
Teknik : kaset 24x30 membujur untuk 1 proyeksi+Grid
PP : Pasien duduk tegak/berdiri dg sisi yang akan
diperiksa menempel kaset,posisi tubuh
pasien adalah oblik dg bagian anterior
tubuh dekat dengan kaset.
PO : Untuk
melihat acromion pasien dioblikan 30-45 derajat
Dari
posisi lateral .Tangan yg diperiksa fleksi dibelakang tubuh pasien dan bagian
dorsal manus menempel tubuh pasien bagian belakang.
CR
: Tegak lurus IR
CP : Pada
pertengahan vertebral border dari scapula
FFD : 100 cm
Proteksi
rad : Pembatasan
luas lapangan penyinaran,memakai shield gonad
Eksposi :
Saat pasien diam
3.
Proyeksi lateral Faktor
Teknik : kaset 24x30 membujur untuk 1 proyeksi+Grid
PP : Pasien duduk tegak/berdiri
dg sisiyg akan diperiksa menempel
kaset.posisi tubuh pasien adalah oblik dg bagian anterior tubuh dekat dg kaset
PO :
pasien dalam keadaan true lateral,scapulahumeral joint pada pertengahan kaset,lengan pada sisi
yang di periksa sedikit abduksi sehingga bagian proksimal os humerus tidak
superposisi dg ribs.Lengan yang tidak diperiksa berpegangan pada sandaran untuk
mempertahankan posisi tubuh.
CR
: Tegak
lurus IR
CP : Pada
pertengahan vertebral border dari scapula
FFD : 100 cm
Proteksi
rad : Pembatasan
luas lapangan penyinaran,memakai shield gonad
Eksposi :
Saat pasien diam
CALCANEUS
PROYEKSI AP PLANTODORSAL
Ø Film : 18x24 cm
Ø FFD :
90 cm
Ø Posisi Pasien: Menempatkan pasien
pada posisi supine atau duduk, dengan kaki yang di periksa diekstensikan dan
kaki yang tidak diperiksa dapat diflexikan bisa juga di ekstensikan di samping
kaset.
Ø Posisi Objek:
- Pergelangan kaki
diletakkan diatas kaset
- Gunakan kain
kasa atau karet untuk menarik pedis agar plantar tegak lurus terhadap kaset.
Ø CR :
400 ke arah cephalad
Ø CP : Pada basis metatarsal
ketiga.
Ø Stuktur
yang terlihat : Gambar radiografi menunjukkan calcaneus dalam proyeksi axial,
tuberositas, subtalar joint, sustentaculum tali, troclear process,dan lateral
process terlihat.
Ø Evaluasi kriteria:
Gambar radiograf
harus menunjukkan:
- Calcaneus
dan Subtalar joint
- Tidak ada rotasi pada calcaneus
- Trabekula dan soft tissue nampak
PROYEKSI AP DORSOPLANTAR
Ø Film : 18x24 cm
Ø FFD :
90 cm
Ø PP :
Pasien dalam posisi prone
Ø PO :
Kaki pasien diletakkan diatas tumpukan
sandbag/bantal sehingga daerah plantar
Os Pedis
menempel pada kaset yang
vertikal.
Ø CR : 400
kearah caudal
Ø CP :
Pertengahan dorsal ankle joint
Ø Struktur
yang terlihat : Gambar radiograf menunjukkan calcaneus dalam proyeksi axial,
troclea, sustentaculum tali, lateral process dan tuberosity terlihat.
Ø Evaluasi krieria :
Gambar radiograf
harus menunjukkan :
- Calcaneus dan
Subtalar joint
- Sustentaculum
tali
- Tidak ada
rotasi pada calcaneus
- Trabekula dan
soft tissue nampak
PRYEKSI WB METODE KOALISI
Ø Film : 18x24 cm
Ø FFD :
90 cm
Ø PP :
Pasien berdiri
Ø PO :
- Posisikan permukaan posterior
tumit
menempel kaset
- Kaki
yang tidak diperiksa diletakkan satu langkah di depan kaki yang diperiksa
Ø CR : 450
kearah caudal
Ø CP :
Pertengahan dorsal ankle joint
Ø Struktur
yang terlihat : Gambar radiograf menunjukkan calcaneus dalam proyeksi axial,
troclea, sustentaculum tali, lateral process dan tuberosity terlihat.
Ø Evaluasi krieria :
Gambar radiograf
harus menunjukkan :
- Calcaneus dan Subtalar joint
- Sustentaculum
tali
- Tidak ada
rotasi pada calcaneus
- Trabekula dan
soft tissue nampak
PROYEKSI LATERAL “ MEDIOLATERAL”
Ø Film : 18x24 cm
Ø FFD : 90 cm
Ø PP :
Pasien diposisikan supine
Ø PO :
Os Pedis diletakkan true lateral dengan sisi lateral menempel pada kaset. Kaset
diletakkan horisontal diatas meja pemeriksaan.
Ø CR : Vertikal / tegal lurus kaset.
Ø CP : 1-1,5 inchi (2,5-4 cm) distal
malleolus medialis
Ø Struktur yang terlihat :
- Pada
radiograf menunjukkan calcaneus dalam posisi lateral
Tibiotalar joint, tuberositas, navikular, talus,sinus tarsi,
sustentaculum tali, troclear process,dan lateral process terlihat.
Ø Evaluasi
Kriteria :
- Tidak ada
rotasi pada calcaneus
- Sinus tarsi,
ankle joint dan adjancent tarsal tampak
- Trabekula dan
soft tissue tampak
PROYEKSI LATEROMEDIAL OBLIK ‘WB’
Ø Film : 18x24 cm
Ø FFD :
90 cm
Ø Posisi Pasien : Pasien
standing-upright atau berdiri tegak.
Ø Posisi Obyek : Salah satu pedis diletakkan
diatas kaset. Kaset horisontal.
Ø CR : 45° kearah caudal
Ø CP : Malleolus lateralis
Ø Strutur yang tampak : Menunjukkan
tuberosity, dan sepertiga proksimal metatarsal.
Ø Evaluasi kriteria :
Gambar radiografi
menunjukkan :
- Calcaneal Tuberosity
- Navicular
- Sinus tarsi
- Calcaneus
- Cuboid
- Trabekula dan
soft tissue tampak
Cruris
PROYEKSI
AP
Posisi
pasien :
· Pasien supine
Posisi
obyek :
· Letakkan kaki pada posisi true AP
· Kaset di bawah cruris
· Kedua persendian tidak boleh terpotong
CR/CP : vertikal tegak lurus , pertengahan cruris
FFD : 90-100cm
Kriteria :
· tampak gambaran cruris dalam posisi true AP
· knee joint dan ankle joint tampak
· trabekula dan soft tisue tampak
PROYEKSI
LATERAL
Posisi
pasien : pasien dalam posisi recumbent
Posisi
obyek :
· dari posisi AP cruris diputar 90° sehingga cruris dalam
posisi true lateral
· keset dibawah cruris
· kedua persendian tidak boleh terpotong
CR/CP : vertikal tegak lurus , pertengahan kaset
Kriteria :
· tampak gambaran cruris dalam posisi true lateral
· knee joint dan ankle joint tampak
· kedua malleolus superposisi
· trabekula dan soft tisue tampak
PEMERIKSAAN EKTRIMITAS
BAWAH
I. TUJUAN
1.
Menghasilkan radiograf yang optimal
2. memberikan
informasi yang optimal dalam menegakan diagnosis
II. INNDIKASI
1. Fraktur
2. Benda asing
3. Kelainan patologi : untuk mengetahui
penyebaran tumor
III. RUANG LINGKUP
1. Persiapan alat dan bahan
2. Persiapan pasien
3. Pengaturan sinar
4. Criteria Radiograf
IV. PROSEDUR
PEMERIKSAAN
A. OSSA PEDIS
1. Persiapan Alat dan Bahan
x-ray unit, kaset dan grid ukuran
18x24cm atau 24x30cm, marker, factor eksposi : kV : 42-46; mA: 100s :
0,02-0,06, plester dam sand bag
2. Persiapan pasien
Daerah yang difoto harus bebas dari
benda logam
ð proyeksi AP(Dorsoplantar)
PP :
- supine atau duduk diatas meja pemeriksaan,
kaki yang difoto fleksi pada genu
- pasang kaset dibagi menjadi dua area dan
marker
- letakan telapak kaki yang akan dipriksa
pada salah satu kaset,dengan posisi AP dan jari-jari lurus
PO :
- kaki menampak pada permukaan kaset,
pertengehan kaset diatur setinggi basis metatarsal III
- garis tengah kaset diatur sehingga pararel
dengan sumbu panjang diatur sehingga pararel dengna sumbu panjang (long axix)
kaki
- kaset jangan smapai bergerak bila perlu
menggunakan sand bag
CP :
sinar vertical tegak lurus 10°ke posterior
CR :
basis metatarsal III
FFD :
90-100cm
Struturk
Yang Terlihat : angkel joint,calcaneus,kuboid,metatarsalis, phalang’s tampak
Kritera
Evaluasi: os. Tarsalia, metatarsal dan phalang dalam posisi AP beserta soft
tissue tampak
ð proyeksi AP Oblique
kaset 24x30cm
(medial
rotation)
PP : pasien tiduran terlentang /supine atau
duduk di meja pemeriksaan dan kneejoint difleksikan
PO :
- IR dibawah kaki pasien
- Rotasikan kaki pada sudut 30° kea rah
medial/plantar
- Basis metatarsal ketiga tepat pada
pertengahan kaset
CP :
vertikal tegak lurus terhadap kaset atau film
CR :
basismetatarsal III
FFD :
90-100cm
Strukut
yang terlihat : Semua phalangs,soft tissue dan trabecula tampak
Kriteria
Evaluasi : jari2 kaki terpisah satu sama lain,trabecula, soft tissue tampak
(lateral
rotation)
PO : IR dibawah kaki pasien
Kaki dirotasikan 30° kearah lateral
Basis metatarsal III tepat dipertengahan kaset
ð Proyeksi Lateral
(mediolateral)
Kaset : 24x30cm
PP : Pasien tidur miring diatas meja
pemeriksaan, bertumpu pada meja pemeriksa dalam tungkai kaki berposisi lateral.
Artikulatio genu atau lutut diangkat
sedikit lalu dibawahnya diberi sandbag.
PO : Pertengahan kaset diatur true lateral
dengan pertengahan kaki, garis pertengahan kaset sejajar dnega sumbu panjang
kaki
Kaki diatur sehingga permukaan
plantar kaki tegak lurus dengan film sehingga membentu sudut 90° terhadap os.
cruris
CR :
vertikal,tegak lurus
CP :
proksimal metatarsal III
Struktur
Yang Terlihat :
Angkle
joint, sepertiga distal tibia dan fibula, lateral pedis
Kriteria Evaluasi :
1. Metatarsal sedikit superposisi
2. Cruris bagian distal
3. Fibula overlap dengan tibia bagian posterior
4. Tibiotalar joint
5. Kualitas radiograf mampu memperlihatkan tarsal
dan metatarsal superposisi
(lateromedial)
Kaset : 24x30cm
PP : pasien tidur miring lateral bertumpu pada
kaki yang tidak diperiksa
PO :
- genu diangkat sehingga patella tegak lurus
bidang horizontal,dibawah genu dipasang sandbag/spon.
- Bagian pertengahan kaki (mid area kaki)
diletakan pada pertengahan kaset.
- Kaki diatur sehingga plantarnya tegak
lurus dengan film dan membentuk sudut 90° terhadap cruris
CR : vertikal, tegak lurus
CP : pada basis metatarsal III
FFD : 100cm
Struktur
Yang Terlihat : tampak proyeksi true lateral pada bagian kaki lateral, angkle
joint, sepertiga distal tibia dan fibula
Kriteria
Evaluasi :
- Metatarsal benar-benar superposisi pada
gambaran mediolateral,tergantung garis telapak kaki.
- Cruris bagian distal
- Fibula overlap dengan tibia bagian
posterior
- Tibiotalar joint
- Kualitas radiograf mampu memperlihatkan
tasal dan metatarsal superposisi
ð proyeksi PA Axial metode
weight-bearing
kaset : 24x30cm
(proyeksi axial
dorsoplantar-composite)
PP :
paien standing upright/berdiritegak/erect
PO :
letakan kaset diatas lantai.pasien berdiri diatas kaset,yag tidak diperiksa
satu langkah kebelakang
CP/CR : 15° kearah posterior,titik
bidik pada scapoid /navikular
FFD :
40cm untuk menghilangkan gambaran cruris
Struktur
Yang Terlihat : gambar radiofotografi AP Axial os. Pedis kanan dan kiri
Kriteria
Evaluasi :
- kedua kaki berada pada satu kaset
- phalang,metatarsal dan distal tarsal tampak
(lateral)
PP :
pasien berdiri diatas kotak kayu yang tingginya disesuaikan dengan ketinggian
tabung sinar x
PO :
kaset diletakan diantara ke2 kaki, separuh kaset ditutup PB, pasien berdiri
tegak, berat badan didistribusikan merata pada ke2 kaki,kaset diatur setinggi
basis metatarsal V
CR :
horizontal tegak lurus film
CP :
setinggi basis metatarsal V
FFD :
100cm
Kriteria Evalusi :
arttritis/persendian antarubea tarso metatarsal dan intertarsal tampak
jelas,tube rositas metatarsal V tampak, metatarsal 1 dan II superimposisi
Ankle Joint
Indikasi pemeriksaan :
1. atritis
2. fraktur
3. dislokasi
4. rematoid atritis
5. kelainan patologi
Proyeksi yang digunakan :
1. AP Mortise
Kaset : 18x24 cm
PP :
supine
PO :
merotasikan kaki pada 15°-20° kearah medial, pertengahan kaset terletak
diantara malleolus laterals dan mediali, bagian dorsal dibuat sefleksi mungkin,
untuk menunjukan tibia, fibula,dan talus,tungkai difleksikan 45°
CR :
vertikal tegak lurus kaset
CP :
pertengahan anatar kedua maleollus
Kriteria Evalusi :
Tampak
kalkaneus dan navikula
Tampak bagian distal tibia dan fibula,
kemungkinan overlap dengan tallus membentuk kemirinan 45°
2. AP Oblik Lateral Rotasi
Kaset : 18x24cm
PP :
pasien duduk diatas meja pemeriksaan bagian kaki yan diperiksa diluruskan yang
tidak diperiksa difleksikan
PO :
permukaan kaki pada posisi verikal dirotasikan kearah ,medial 45°,ditahan
dengan bantal,maleollus diletakan dipertngahan kaset
CR :
vertikal tegak lurus terhadap kaset
CP :
maleollus medialis
Krteria Evalusi :
Fibula dan tibia terlihat
overlap,tampak maleollus medial dan latelar dan tallus trabekula dan soft
tissue tampak
3. Stress Studies
Kaset : 18x24cm
PP :
supine/duduk
PO :
ankle joint diletalkan pada pertengahan
kaset
Ap Netral : tlapak kaki ditarik
kearah cranial dengan menggunakan tali
Eversion stress : bagian lateral
diextrimkan endorotasi
Inversion stress : daerah medial
dirotasikan extrim eksorotasi
CR :
vertikal tegak lurus
CP :
titik tengah antara kedua malleoulus(malleoulus tibia dan fibula)
FFD :
100cm
4. AP
Kaset 18x24cm
Tujua untuk melihat rongga ankle
joint serta ujung tibia dan fibula anterior
PP :
pasien supine atau duduk
PO :
tlapak kaki pada posisi vertikal dan tumit menempel pada kaset, ankle diatur
benar-benar true AP
CR :
vertikal tegak lurus kaset atau film
CP :
pertengahan kedua malleolus
FFD :100cm
Digunakan untuk melihat stress
fraktur pada calcaneus dan trubekular
TEKNIK
RADIOGRAFI LUMBAL
1. Anatomi lumbal
2. PROYEKSI RADIOGRAFI LUMBAL
o ANTERO POSTERIOR
o OBLIK
ANTERIOR / POSTERIOR
o LATERAL
a) Antero posterior
o Tujuan : Untuk
melihat patologi lumbal,fraktur dan skoliosis
o Posisi pasien :Pasien tidur supine,
knee fleksi, kepala diletakkan diatas bantal
o Posisi Obyek : Atur MSP tegal lurus
kaset,letakkan kedua lengan di atas dada tidak ada rotasi tarsal / pelvis
o Sinar :CR : tegak lurus kaset
o CP : Setinggi krista iliaka
(interspace L4 – L5) utk memperlihatkan lumbal, sacrum dan posterior cocygeus
Setinggi L3 ( palpasi lower costal margin / 4 cm diatas crista iliaka) utk memperlihatkan
lumbal
o SID : 100 cm
o Eksposi : Ekspirasi dan tahan napas
o Kriteria radiograf
o Tampak vertebra lumbal
o Space intervertebra
o Prosesus spinosus dalam satu garis
pada vertebra
o Prosessus tranversus kanan dan kiri
berjarak sama
o
b) Oblik anterior/posterior
Tujuan : Untuk melihat kelainan pada
interartikularis (spondilosis)
Posisi pasien :
Pasien tidur semi prone (RPO &
LPO) / (RAO & LAO)
Posisi Obyek :
o Rotasikan tubuh 45odan letakkan vert tegak lurus pada kaset
o Knee fleksi untuk kestabilan dan
kenyamanan
o Letakkan pengganjal dibawah vert dan
pelvis dgn spon yg radiolusent utk membantu posisi
Pusat Sinar :
CR : tegak lurus kaset
CP : L3 setinggi lower costal margin
( 4 cm di atas krista iliaka)
SID : 100 cm
Eksposi : Ekspirasi dan tahan napas
Kriteria Radiograf
o Tampak Zygapophyseal joint
o Tampak gambaran Scotty dog
c) Lateral
Tujuan : Untuk melihat fraktur,
spondylolisthesis dan osteoporosis
Posisi Pasien :Pasien lateral recumbent, kepala
diatas bantal, knee fleksi, dibawah knee dan ankle diberi pengganjal
Posisi Obyek :
o Atur mid coronal plane tegak lurus kaset
o Letakkan pengganjal yg radiolusent
di bawh pinggang agar vert lumbal sejajar pada meja ( palpasi prosesus
spinosus)
o Pelvis dan tarsal true lateral
Posisi Sinar
CR : tegak lurus kaset
CP : Setinggi crista iliaka
(Lumbal,sacrum dan cocygeus) Setinggi L3 ( lower costal margin / 4 cm di atas crista iliaka)
utk lumbal
SID : 100 cm
Eksposi : ekspirasi dan tahan napas
Kriteria radiograf:
o Tampak foramen intervertebralis L1 – L4 , corpus vertebra,
space intervertebra, prosesus spinosus dan L5 – S1
o Tidak ada rotasi
3. Lumbal dengan indikasi “Low Back Pain”
Dalam bahasa kedokteran inggri,pinggang dikenal sebagai “low
back pain”. Secara anatomik pinggang adalah daerah tulang belakang L-1 sampai
seluruh tulang sacrum dan otot-otot sekitarnya. Tulang belakang lumbal sebagai unit struktural dalam berbagai
sikap tubuh dan gerakan dapat ditinjau dari sudut mekanika. Beban yang
ditanggung oleh tulang belakang lumbal dapat dipelajari dengan diskus
intervertebralis antara L-5 sampai S-1 atau L-4 dan L-5 sebagai titik tumpuan.
Low back pain (LBP) atau nyeri punggung bawah termasuk salah
satu dari gangguan muskuloskeletal, gangguan psikologis dan akibat dari
mobilisasi yang salah. LBP menyebabkan timbulnya rasa pegal, linu, ngilu, atau
tidak enak pada daerah lumbal berikut sakrum. LBP diklasifikasikan kedalam 2
kelompok, yaitu kronik dan akut. LBP akut akan terjadi dalam waktu kurang dari
12 minggu. Sedangkan LBP kronik terjadi dalam waktu 3 bulan. Yang termasuk
dalam faktor resiko LBP adalah umur, jenis kelamin, faktor indeks massa tubuh
yang meliputi berat badan, tinggi badan, pekerjaan, dan aktivitas / olahraga.
(Idyan,
Zamna., 2007)
PATOFISIOLOGI
Pinggang merupakan pengemban tubuh dari toraks sampai perut.
Sokoguru bagian belakang tersebut terdiri dari lumbal dan tulang belakang pada
umumnya. Tiap ruas tulang belakang berikut diskus intervertebralis sepanjang
kolumna vertebralis merupakan satuan anatomik dan fisiologik. Bagian depan
berupa korpus vertebralis dan diskus intervertebralis yang berfungsi sebagai
pengemban yang kuat dan tahan terhadap tekanan-tekanan menurut porosnya.
Berfungsi sebagai penahan tekanan adalah nukleus pulposus.
Dalam keseluruhan tulang belakang terdapat kanalis
vertebralis yang didalamnya terdapat medula spinalis yang membujur ke bawah
sampai L 2. Melalui foramen intervertebralis setiap segmen medula spinalis
menjulurkan radiks dorsalis dan ventralisnya ke periferi. Di tingkat servikal
dan torakal, berkas serabut tepi itu menuju ke foramen tersebut secara
horizontal. Namun di daerah lumbal dan sakrum berjalan secara curam ke bawah
dahulu sebelum tiba di tingkat foramen intervertebralis yang bersangkutan. Hal
tersebut dikarenakan medula spinalis membujur hanya sampai L 2 saja.
Otot-otot yang terdapat di sekeliling tulang belakang
mempunyai origo dan insersio pada prosesus transversus atau prosesus spinosus.
Stabilitas kolumna vertebrale dijamin oleh ligamenta secara pasif dan secara
aktif oleh otot-otot tersebut. Ujung-ujung
serabut penghantar impuls nyeri terdapat di ligamenta, otot-otot,
periostium, lapisan luar anulus fibrosus dan sinovia artikulus posterior.
(Sidharta,
Priguna., 2004))
ETIOLOGI
Etiologi low back pain dapat dihubungkan dengan hal-hal
sebagai berikut :
1. Proses
degeneratif, meliputi: spondilosis, HNP, stenosis spinalis, osteoartritis.
Perubahan degeneratif pada vertebrata lumbosakralis dapat
terjadi pada korpus vertebrae berikut arkus dan prosessus artikularis serta
ligamenta yang menghubungkan bagian-bagian ruas tulang belakang satu dengan
yang lain. Dulu proses ini dikenal sebagai osteoartrosis deforman, tapi kini
dinamakan spondilosis. Perubahan degeneratif ini juga dapat menyerang anulus
fibrosis diskus intervertebralis yang
bila tersobek dapat disusul dengan protusio diskus intervertebralis yang
akhirnya menimbulkan hernia nukleus pulposus (HNP). Unsur tulang belakang lain
yang sering dilanda proses degeneratif ini adalah kartilago artikularis yang
dikenal sebagai osteoartritis.
2. Penyakit Inflamasi
LBP akibat inflamasi terbagi 2 yaitu artritis rematoid yang
sering timbul sebagai penyakit akut dengan ciri persendian keempat anggota
gerak terkena secara serentak atau selisih beberapa hari/minggu, dan yang kedua
adalah pada spondilitis angkilopoetika, dengan keluhan sakit punggung dan sakit
pinggang yang sifatnya pegal-kaku dan pada waktu dingin dan sembab linu dan
ngilu dirasakan.
3. Osteoporotik
Sakit pinggang pada orang tua dan jompo, terutama kaum
wanita, seringkali disebabkan oleh osteoporosis. Sakit bersifat pegal, tajam
atau radikular.
4. Kelainan
Kongenital
Anomali kongenital yang diperlihatkan oleh foto rontgen
polos dari vertebrae lumbosakralis sering dianggap sebagai penyebab LBP
meskipun tidak selamanya benar. Contohnya adalah lumbalisasi atau adanya 6
bukan 5 korpus vertebrae lumbalis merupakan variasi anatomik yang tidak
mengandung arti patologik. Demikian pula pada sakralisasi, yaitu adanya 4 bukan
5 korpus vertebrae lumbalis.
5. Gangguan
Sirkulatorik
Aneurisma aorta abdominalis dapat membangkitkan LBP yang
hebat dan dapat menyerupai sprung back atau HNP. Gangguan sirkulatorik yang
lain adalah trombosis aorta terminalis
yang perlu mendapat perhatian karena mudah didiagnosa sebagai HNP.
Gejalanya disebut sindrom Lerichie. Nyeri dapat menjalar sampai bokong,
belakang paha dan tungkai kedua sisi.
(Adelia,
Rizma., 2007)
6. Tumor
Dapat disebabkan oleh tumor jinak seperti osteoma, penyakit
Paget, osteoblastoma, hemangioma, neurinoma,meningioma. Atau tumor ganas yang
primer seperti mieloma multipel maupun sekunder seperti macam-macam metastasis.
7. Toksik
Keracunan logam
berat, misalnya radium.
8. Infeksi
Akut disebabkan oleh kuman piogenik (stafilokokus, streptokokus)
dan kronik contohnya pada spondilitis tuberkulosis (penyakit Pott), jamur,
osteomielitis kronik.
9. Problem
Psikoneurotik
Histeria atau depresi, malingering, LBP kompensatorik. LBP
yang tidak mempunyai dasar organik dan tidak sesuai dengan kerusakan jaringan
atau batas-batas anatomis.
(Nuarta,
Bagus., 1989)
MANIFESTASI
KLINIS
Manifestasi klinis LBP berbeda-beda sesuai dengan
etiologinya masing-masing seperti beberapa contoh dibawah ini :
1. LBP akibat sikap yang salah
o Sering dikeluhkan sebagai rasa pegal yang panas pada
pinggang, kaku dan tidak enak namun
lokasi tidak jelas.
o Pemeriksaan fisik menunjukkan otot-otot paraspinal agak
spastik di daerah lumbal, namun motalitas tulang belakang bagian lumbal masih
sempurna, walaupun hiperfleksi dan hiperekstensi dapat menimbulkan perasaan
tidak enak
o Lordosis yang menonjol
o Tidak ditemukan gangguan
sensibilitas, motorik, dan refleks pada tendon
o Foto rontgen lumbosakral tidak
memperlihatkan kelainan yang relevan.
(Sidharta, Priguna., 2004)
2. Pada Herniasi Diskus Lumbal
o Nyeri punggung yang onsetnya perlahan-lahan, bersifat tumpul
atau terasa tidak enak, sering intermiten, wala kadang onsetnya mendadak dan
berat.
o Diperhebat oleh aktivitas atau
pengerahan tenaga serta mengedan, batuk atau bersin.
o Menghilang bila berbaring pada sisi
yang tidak terkena dengan tungkai yang sakit difleksikan.
o Sering terdapat spasme refleks
otot-otot paravertebrata yang menyebabkan nyeri sehingga membuat pasien tidak
dapat berdiri tegak secara penuh.
· Setelah periode tertentu timbul
skiatika atau iskialgia.
3. LBP pada
Spondilosis
· Kompresi
radiks sulit dibedakan dengan yang disebabkan oleh protrusi diskus, walaupun
nyeri biasanya kurang menonjol pada spondilisis
· Dapat
muncul distesia tanpa nyeri pada daerah distribusi radiks yang terkena
· Dapat
disertai kelumpuhan otot dan gangguan refleks
· Terjadi
pembentukan osteofit pada bagian sentral dari korpus vertebra yang menekan
medula spinalis.
· Kauda
ekuina dapat terkena kompresi pada daerah lumbal bila terdapat stenosis kanal
lumbal.
4. LBP pada
Spondilitis Tuberkulosis